MateriBindo.com - Pada kesempatan ini kami akan membagikan artikel tentang contoh teks anekdot politik, hukum dan koruptor secara singkat dan menarik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian anekdot adalah sebuah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang-orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya.
Teks anekdot juga bisa untuk menyampaikan sebuah kritikan. Topik yang biasa dikritik dalam teks anekdot adalah layanan publik dalam bidang politik, hukum, sosial dan lingkungan.
Teks ini biasanya ditemui di berbagai media misalnya internet, media sosial, dan koran. Langsung saja untuk mengetahui lebih lanjut tentang contoh teks anekdot politik, hukum dan koruptor secara singkat, dikutip dari berbagai sumber.
Contoh Teks Anekdot Koruptor
1. Baju Tahanan KPK
Dua orang kader partai politik sebut saja namanya Putri dan Intan. Mereka bermaksud mencalonkan dirinya sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Derah.
Setelah menyerahkan berkas pencalonannya ke KPU di daerahnya, Putri dan Intan mengobrol sambil meminum teh di kantin gedung tersebut. Mereka berdua terlibat percakapan seru.
Putri: "Tan, kamu tahukan di negara ini banyak politisi yang sudah kaya raya?!"
Intan: "Kalau masalah itu, aku juga sudah tau, Put!"
Putri: "Saking kayanya mereka, mereka mampu membeli baju termahal di Indonesia."
Intan: "Loh, maksudmu baju termahal itu apa?"
Putri: "Yah, apalagi kalau bukan baju tahanan KPK."
Intan: "Kok malah baju tahanan KPK sih. Aku gak paham."
Putri: "Iyalah, coba aja kamu pikir, seorang politisi minimal harus mencuri uang negara senilai 1 milyar dulu baru bisa memakai baju tersebut."
Intan: "Oooh, begitu toh maksudmu, baru paham aku."
Mereka kemudian memesan teh lagi sambil mengenang teman-teman mereka yang sudah bisa memakai baju termahal tersebut.
2. Korupsi Jumlah Lantai RS
3 orang pejabat rumah sakit dari benua Amerika, benua Eropa dan Indonesia bertemu. Mereka saling membanggakan kelihaian mereka korupsi.
Orang Amerika: "Lihat bangunan RS itu? Ada 9 lantai."
Orang Eropa dan Indonesia menghitung: "Kok cuma 8 lantai?"
Si Koruptor Amerika tersenyum. Orang Eropa dan Indonesia mengangguk-angguk paham. "Ooh, korupsi 1 lantai. 9 Lantai cuma dibuat 8 lantai."
Giliran Koruptor Eropa unjuk gigi. Dia menunjuk bangunan RS di kejauhan. "Lihat itu, RS 11 lantai."
Orang Amerika dan Indonesia menghitung: "Kok cuma 7 lantai?"
Si Eropa tersenyum. Mereka segera paham. "Ooh, korupsi 4 lantai."
Kini tiba bagian orang Indonesia. Dia menunjuk ke sebuah bukit. "Lihat itu, gedung RS 21 lantai yang sangat megah, bukan?
Orang Eropa dan Amerika kebingungan. "Mana kok sama sekali tidak ada gedung RS di bukit itu?"
Koruptor dari Indonesia tersenyum. "Itulah hebatnya koruptor di indonesia," katanya.
3. Perampok dan Koruptor
2 orang perampok mencegat sebuah mobil mewah. Mereka menodongkan pistol pada empat orang pria berpakaian necis di dalamnya."Serahkan uang kalian," kata perampok itu.
Seseorang yang berdasi menjawab dengan congkak. "Beraninya kalian merampok kami. Aku adalah anggota DPR, pria di sampingku adalah pejabat pajak. Dua orang di belakang adalah kepala keuangan di kementerian pemerintah. Kami baru rapat membahas anggaran," katanya.
Kedua perampok cuma tersenyum lalu kembali menodong para pejabat. "Kalau begitu tuan-tuan, kembalikan uang kami yang kalian rampok," kata perampok itu.
4. Lift di Monas rusak
Alkisah suatu hari lift di Monas rusak. Sesuai aturan diadakan tender untuk memperbaiki lift itu. Pesertanya kontraktor dari Prancis, Korea dan Indonesia. Setelah melihat kerusakan, masing-masing melakukan presentasi secara terpisah.Kontraktor Prancis: Hasil hitungan kami total biaya Rp 10 miliar.
Kontraktor Korea: Ah, kami berani cuma Rp 5 miliar saja.
Kontraktor Indonesia: Kalau menurut kami, ini setidaknya butuh Rp 15 miliar.
Pemerintah Indonesia: Lho kok, dari Indonesia malah lebih mahal?
Si kontraktor Indonesia pun berbisik pelan-pelan. "Gini bung, Rp 5 miliar untuk saya. Rp 5 miliar lagi buat bung. Nah, 5 M lagi biarkan si orang Korea yang kerja, oke?
5. Vonis koruptor lebih ringan dari pemerkosa
Seorang pejabat bernama Joni divonis 5 tahun penjara. Hakim juga memerintahkan menyita uang Rp 50 miliar yang menjadi bukti kejahatan Joni.
Joni tampak santai menghadapi vonis tersebut. Para wartawan pun menanyakan kenapa dia kelihatan tak bersedih.
"Vonis untuk saya lebih ringan dari pemerkosa. Memang uang bukti korupsi saya disita. Tapi kemarin saya baca hakim yang sama memerintahkan alat bukti pemerkosaan milik terdakwa disita negara. Nah, mendengar vonis itu, tentu vonis untuk saya lebih ringan, kan?"
6. Koruptor lempar jumrah
Budi berhasil korupsi dana bantuan sosial di lembaga yang dipimpinnya Rp 20 M. Dia pun pergi naik haji menggunakan uang korupsi. Saat rukun melempari setan atau jumrah, Budi heran kenapa batu yang dilemparnya selalu kembali dan mengenai dirinya. Rasanya sakit juga.Pada lemparan keenam, batu yang dilempar Budi kembali lagi mengenai kepalanya. Tiba-tiba bisikan keras terdengar di telinganya."Bung, sesama setan jangan lempar-lempar batu dong!"
7. Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi,
"Apakah benar," teriak dia, "bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?"
Saksi menatap keluar jendela seolah-olah dia tidak mendengar pertanyaan."Bukankah benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?"ulang pengacara.
Saksi masih tidak menanggapi. Akhirnya, hakim berkata, "Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa."
"Oh, maaf," saksi terkejut sambil berkata kepada hakim, "Saya pikir dia tadi berbicara dengan Anda."
Contoh Teks Anekdot Hukum
8. Advokat
Suatu sore dua anak muda, mereka adalah mahasiswa Fakultas Hukum sedang terlibat diskusi kecil, nama mereka adalah Andi dan Danu:
Andi: Apa ya, kepanjangan dari ADVOKAT?
Danu: Ada Duit AdVOKasi All ouT!
Andi: Hahahaa!
9. KUHP
Seorang dosen fakultas hukum suatu universitas sedang memberikan kuliah hukum pidana. Suasana kelas biasa-biasa saja.
Saat sesi tanya-jawab tiba, Ali bertanya kepada pak dosen. “Apa kepanjangan KUHP, Pak?”
Pak dosen tidak menjawab sendiri, melainkan melemparkannya kepada Ahmad. “Saudara Ahmad, coba dijawab pertanyaan Saudara Ali tadi,” pinta pak dosen.
Dengan tegas Ahmad menjawab, “Kasih Uang Habis Perkara, Pak …!”
Mahasiswa lain tentu tertawa, sedangkan pak dosen hanya menggeleng- gelengkan kepala seraya menambahkan pertanyaan kepada Ahmad, “Saudara Ahmad, dari mana Saudara tahu jawaban itu?”
Dasar Ahmad, pertanyaan pak dosen dijawabnya dengan tegas, “Peribahasa Inggris mengatakan pengalaman adalah guru yang terbaik, Pak …!”
Semua mahasiswa di kelas itu tercengang. Mereka berpandang-pandangan. Lalu, mereka tertawa terbahak-bahak. Gelak tawa mereda. Kelas kembali berlangsung normal.
10. Becak Dilarang Masuk
Ceritanya, ada seorang tukang becak asal Madura yang pernah dipergoki oleh polisi ketika melanggar rambu "becak dilarang masuk". Tukang becak itu masuk ke jalan yang ada rambu gambar becak disilang dengan garis hitam yang berarti jalan itu tidak boleh dimasuki oleh becak.
"Apa kamu tidak melihat gambar itu? Itu kan gambar becak tak boleh masuk jalan ini," bentak pak polisi. "Oh saya melihat pak, tapi itu kan gambarnya becak kosong, tidak ada pengemudinya. Becak saya kan ada yang mengemudi, tidak kosong berarti boleh masuk," jawab si tukang becak .
"Bodoh, apa kamu tidak bisa baca? Di bawah gambar itu kan ada tulisan bahwa becak dilarang masuk," bentak pak polisi lagi.
"Tidak pak, saya tidak bisa baca, kalau saya bisa membaca maka saya jadi polisi seperti sampean, bukan jadi tukang becak seperti ini," jawab si tukang becak sambil cengengesan.
11. Tidak Seperti Pengacara
Dalam suatu sidang kasus pembunuhan berencana di sebuah hotel bintang lima. Hakim bertanya kepada dua saksi yang ditunjuk untuk memberikan keterangan saat kejadian berlangsung.
Saksi 1: “Ketika kejadian saya mendengar sebuah pistol yang ditempakkan, lalu diikuti suara jeritan”.
Hakim: “Lalu bagaimana dengan saksi 2?”.
Saksi 2: “Saya pikir…”
Hakim: “Saya meminta keterangan dari anda, bukan menyuruh anda untuk berpikir”.
Saksi 2: “Saya pikir…”
Hakim: ????????
Saksi 2: “Saya terbiasa berpikir dahulu sebelum menjawab pertanyaan, tidak seperti pengacara”
Baca juga: Kumpulan Contoh Teks Anekdot Singkat
Contoh Teks Anekdot Politik
12. Kursi yang Membuat Lupa
Di suatu siang, ada dua bocah yang tengah bercanda di bawah pohon rindang.
Tono: "Abdi, kita main tebak-tebakan, yuk! Kursi-kursi apa yang membuat orang lupa ingatan?"
Abdi: "Kursi goyang! Orang yang duduk di kursi goyang akan mengantuk dan tertidur. Saat tidur, orang jadi lupa haha!"
Tono: (Tertawa) "Meski lumayan lucu, tapi jawabanmu salah Di."
Abdi: "Hmm.. jadi kursi apa ya?"
Tono: "Jawabannya adalah kursi DPR!"
Abdi: "Loh kok begitu Ton?"
Tono: "Jelas dong! Coba kamu ingat, sebelum duduk di kursi DPR, banyak caleg berjanji maca-macam ke masyarakat agar memilih mereka. Tetapi setelah merasakan kursi DPR, sekejak saja mereka hilang ingatan akan janji-janjinya itu."
Abdi: "Oh iya. Betul juga kamu Ton."
13. Soeharto Anak Siapa?
Pada suatu hari Tutut, putri dari mantan presiden Soeharto, melewati salah satu jalan tol di Jakarta.
Penjaga Tol: "3.000 rupiah".
Pada waktu tersebut kebetulan Tutut tidak memiliki uang ribuan sehingga ia mengeluarkan uang pecahan 50 ribu rupiah dan langsung menodorkannya ke petugas tol.
Penjaga Tol: "Ini Bu, kembaliannya 47 ribu rupiah. "
Bu Tutut: "Sudah.simpan saja itung-itung rezeki tambahan buat keluarga anda."
Penjaga tol merasa sangat senang karena menerima uang lebih 47 ribu rupiah dan langsung mengungkapkan rasa terima kasih kepada Tutut.
Setelah beberapa waktu Tommy yang juga merupakan anak dari Pak Seoharto datangmelewati jalan tol tersebut. Lagi-lagi Tommy tidak memiliki uang ribuan sebesar 3000 untuk membanyar tol, akhirnya Tommy mengeluarkan uang 20 ribuan ke petugas tol.
Penjaga Tol: "Ini Pak, kembaliannya jadi 17 ribu."
Tommy: "Sudah, simpan saja itung-itung buat tambahan sekolah anak anda."
Petugas tol tersebut langsung memasukan kembalian itu ke saku bajunya dan berterima kasih banyak ke Tommy.
Setelah beberapa jam kini giliran Pak Soeharto datang dengan mobilnya lewat jalan tol. Soeharto yang kebetulan mempunyai uang ribuan kecil mengeluarkan uang 5.000 rupiah dan langsung disodorkan ke penjaga tol. Soeharto menunggu uang kembaliannya itu, namun setelah menunggu 5 menit, Pak Soeharto bertanya kepada penjaga tol
Soeharto: "Lho, mana uang kembalian saya ?"
Penjaga Tol: "Ah Bapak, masa kembalian uang 2.000 rupiah saja minta dibalikin.Tadi sebelumnya Bu Tutut dan Pak Tommy lewat kembaliannya 47 ribu dan 17 ribu saja mereka berikan ke saya, masa Bapak yang 2.000 aja minta kembalian?? "
Soeharto: " Wah tunggu dulu mas !! Saya tanya kepada anda tau sapa Tutut dan Tommy??"
Penjaga Tol dengan percaya dirinya menjawab: "Ya tentu tahu lah Pak! Orang jawabanya jelas, jelas Tutut dan Tommy tuh Anaknya Presiden."
Soeharto: "Nah tuh pinter kamu, tahu kalo mereka anak Presiden. Nah sedangkan sekarang coba pikir saya kan cuma Anak Petani !!Sekarang, mana kembaliannya??"
Penjaga Tol : !@$@!$!%!^$@ ^
14. Pencitraan
Suatu hari di salah satu ruangan di gedung DPR/MPR terlihat salah seorang wakil rakyat yang baru di angkat. Dia sedang termenung bingung apa yang harus dilakukan. tiba tiba suara pintu kantor nya diketuk. Setelah dibuka, berdiri dihadapannya 2 orang dengan koper besar dan segulungan kabel.
“Wah…, ini pasti wartawan TV yg mau mewawancarai aku…”, pikirnya dalam hati.
Agar tampak berwibawa dan membela rakyat, sambil melihat jam dan mengangkat telepon di meja nya, dia berkata:
“Maaf tunggu sebentar, saat ini saya harus menghubungi ketua fraksi untuk melaporkan hasil-hasil sidang hari ini…”
Kemudian selama beberapa puluh menit dia menelpon dan terlibat pembicaraan tingkat tinggi, sambil sekali-sekali menyebut-nyebut ‘demi rakyat’ atau ‘kepentingan rakyat’ keras-keras. Setelah selesai sambil meletakan gagang telepon dia berkata pada dua orang tamunya tsb.
“Nah, sekarang wawancara bisa kita mulai…”
Kedua orang itu tampak bingung dan berpandangan satu sama lain.
Akhirnya salah satunya berkata: “Maaf pak…, kami datang kesini mau memasang saluran telepon bapak…”
15. Membuang Presiden
Apa akibatnya kalau seorang presiden terlampau lama memegang kekuasaan? Apalagi jika ditambah seringnya ia membohongi rakyatnya sendiri? Tentu rakyat akan protes dan marah,karena menganggap presidennya telah berkhianat.
Tapi ini cerita Gus Dur tentang seorang presiden Filipina yang punya tiga orang anak. Merasa ayah mereka adalah orang nomor satu di negerinya, anak-anak sang presiden pun lantas bertingkah neko-neko.
Anak kedua presiden ingin mencari popularitas dengan menyebarkan jutaan lembar uang kertas pecahan 5 peso dari sebuah pesawat terbang.
Kakaknya tak mau kalah pamor. Dengan pesawat yang digunakan adiknya sebelumnya, sang kakak menyebarkan jumlah uang jauh lebih banyak dari adiknya.
Anak perempuan presiden juga ingin populer, tapi tidak mau meniru cara yang dilakukan oleh kedua kakaknya. Karena bingung, ia pun bertanya kepada pilot pesawat yang ikut menyebarkan uang bersama dua kakaknya itu.
“Mas kapten, aku ingin populer seperti dua kakakku sebelumnya, tapi tindakan populer apa yangbisa membahagiakan rakyat?” tanya anak perempuan presiden.
“Gampang sekali. Buang saja ayah nona dari atas pesawat." jawab sang pilot.
16. Dosen yang Juga Menjadi Pejabat
Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.
Tono : "Saya heran dosen ilmu politik, kalau ngajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri."
Udin : "Ah, gitu aja diperhatiin sih Ton."
Tono : "Ya, Udin tahu gak sebabnya."
Udin : "Barangkali aja, cape, atau kakinya gak kuat berdiri."
Tono : "Bukan itu sebabnya Din, sebab dia juga seorang pejabat."
Udin : "Loh, apa hubungannya?!!"
Tono : "Ya kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain."
Udin : "???"
17. Profesi Anak Ibu Penjual Kue
Bapak Presiden bertanya pada ibu tua penjual kue,
Bpk : "Sudah berapa lama jualan kue?"
Ibu : "Sudah hampir 30 tahun."
Bpk : "Terus anak ibu mana, kenapa tidak ada yang bantu?"
Ibu : "Anak saya ada 4, yang ke-1 di KPK, ke-2 di POLDA, ke-3 di Kejaksaan dan yang ke-4 di DPR, jadi mereka sibuk sekali pak..."
Bapak Presiden kemudian menggeleng-gelengkan kepala karena kagum... Lalu, berbicara ke semua hadirin yang menyertai beliau,
"Meskipun hanya jualan kue, ibu ini bisa menjadikan anaknya sukses dan jujur tidak korupsi...karena kalau mereka korupsi, pasti kehidupan Ibu ini sudah sejahtera dan tinggal dirumah mewah..."
Bpk : "Apa jabatan anak di POLDA, KPK, KEJAKSAAN dan DPR?"
Ibu : "Sama... jualan kue juga..."
18. Sembako Naik
Siaran berita pagi itu menyiarkan mengenai kenaikan harga bahan pokok makanan. Seperti biasa ibu-ibu berkerumun untuk membeli sayur di warung yang terdapat siaran berita tersebut. Kemudian percakap terjadi antara bu Darmi dengan bu Yayuk.
Bu Darmi : Walah gusti, apa-apa kok naik ya harganya.
Bu Yayuk : Wah naik lagi bu bahan sembako?
Bu Darmi : Iya ini, mending naiknya seucrit. Orang naiknya gak kira-kira harganya.
Bu Yayuk : Yaudah bu, jangan makan banyak-banyak berarti. Anggap aja ikut diet, biar langsing kayak ibu-ibu pejabat itu loh.
Bu Darmi : Hahaha bu Yayuk bisa aja
19. Wakil Rakyat
Dua orang pemuda tengah berbicang-bincang di pos ronda saat hujan rintik-rintik.
Dimas: Wakil rakyat, bukannya menyejahterakan rakyat malah menyejahterakan diri sendiri.
Hambali: Lebih parahnya lagi, banyak yang terlibat korupsi.
Dimas: Parah memang. Rakyat makin susah, wakil rakyat makin makmur. Banyak rakyat hidup di jalanan, sementara wakil rakyat tinggal di rumah mewah. Sejahtera sekali mereka yang duduk di kursi DPR.
Hambali: Tapi, kalau dipikir-pikir, wakil rakyat berarti mewakili rakyat.
Dimas: Memang.
Hambali: Mereka mewakili rakyat. Artinya, rakyat ingin kaya,sudah diwakili sama wakil rakyat. Rakyat ingin punya rumah mewah, sudah diwakili sama wakil rakyat. Bahkan, rakyat yang mau berantem pun sudah diwakili.
Dimas: Hahaha…. Tapi, yang maksudnya apa?
Hambali: Waktu sidang, kan tidak jarang pada berantem.
Dimas: Hahaha….
20. Siapa yang Suruh?
Undang-Undang KPK telah disahkan oleh DPR dan tinggal disetujui oleh pemerintah. Semua elemen mahasiswa mengadakan demo akbar di seluruh kota di Indonesia. Mereka menuntut pembatalan UU tersebut karena dinilai melemahkan KPK.
Temon dan Timin adalah 2 sahabat yang juga ikut berdemo.
"Nggak beres ini anggota DPR. Udah kerjaannya tidur melulu, sekalinya bangun, bikin UU yang nggak prioritas dan merugikan", ujar Temon.
"Iya, nih. Lagian, siapa sih yang nyuruh DPR kerja. Udah bagus mereka tidur aja dah, daripada kerja malah bikin orang lain susah", balas Timin.
Kedua sahabat itu lalu tertawa bersama.
Demikianlah uraian artikel tentang dua puluh contoh teks anekdot politik, hukum, koruptor secara singkat, yang dikutip dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan Anda. Sekian dan terima kasih.
0 comments